Kampung Adat Cireundeu merupakan desa di Kota Cimahi, Jawa Barat, yang menjadi destinasi wisata budaya. Daya tarik wisata kawasan ini berasal dari filosofi nilai tradisi dan ajaran leluhur yang konsisten dipertahankan, meliputi pola konsumsi, sistem kepercayaan, termasuk upaya menjaga kelestarian dan keseimbangan alam. Kunjungan wisata Cireundeu terbagi menjadi dua yaitu melalui reservasi dan tanpa reservasi. Wisatawan tanpa reservasi pada umumnya mengalami permasalahan serupa yaitu lokasi yang dapat dikunjungi, arah yang tepat menuju lokasi wisata, dan kegiatan wisata yang tersedia. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengelola wisata yang mana keberadaanya pun tidak selalu siap di lokasi wisata. Selain itu sebagai penunjang informasi bagi wisatawan, signage dan wayfinding yang ada belum efektif dalam menavigasi wisatawan dengan kelengkapan informasi yang jelas. Visualisasi belum merepresentasikan kekhasan budaya Cireundeu dan kurangnya jumlah signage dan wayfinding pada lokasi tertentu. Situasi ini menyebabkan kebingungan bagi wisatawan saat berkunjung tanpa reservasi. Dengan demikian dibutuhkan perancangan signage dan wayfinding sebagai solusi terkait informasi bagi wisatawan. Menggunakan metode penelitian bidang desain dengan mempertimbangkan aspek karya yang dihasilkan dari proses desain berupa wujud visual, aspek pencipta atau pembuat karya, dan aspek audiens atau pengguna karya desain. Perolehan data melalui observasi langsung, wawancara mendalam, kuesioner dan studi pustaka. Data yang telah di dapat kemudian di analisis menggunakan matriks perbandingan dan teori-teori seperti etnosemiotika untuk mendapatkan ide konsep perancangan signage dan wayfinding yang informatif dan selaras dengan ciri khas budaya Cireundeu. Hasil dari penelitian ini berupa rekomendasi perancangan desain signage dan wayfinding pada desa wisata yaitu Kampung Adat Cireundeu.
Kata Kunci: Signage dan wayfinding, Desa Wisata, Etnosemiotika, Kampung Adat Cireundeu