Majalaya merupakan wilayah yang pada mulanya sebagai produsen tenun untuk memenuhi kebutuhan industri dan pernah menjadi pusat utama industri sarung tenun di Nusantara. Daerah ini bahkan diakui sebagai "Kota Dolar" dan mencapai reputasi sebagai pelopor utama industri tekstil di Jawa Barat. Meskipun demikian, pergeseran dari penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) ke Alat Tenun Mesin (ATM) mengakibatkan penurunan drastis dalam permintaan terhadap sarung tenun khas Majalaya, akibat sistem makloon yang lebih mengutamakan produksi kain tenun dari daerah lain. Dalam kerangka penelitian ini, diterapkan metode pengumpulan data dengan pendekatan design thinking. Pendekatan ini memungkinkan penyatuan perspektif yang beragam untuk men ciptakan solusi yang berfokus pada kebutuhan dan pengalaman pengguna terkait optimalisasi kawasan di Kampung Namicalung. Peran yang signifikan dari Kampung Namicalung dalam sejarah sarung tenun Majalaya dapat diidentifikasi melalui salah satu artefaknya yang khas, yang dikenal sebagai "Poleng". Keterkaitan ini menjadi inspirasi bagi warga Kampung Namicalung untuk menjadikan Namicalung sebagai destinasi kampung wisata sarung di Majalaya. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi komprehensif agar Kampung Namicalung dapat dioptimalkan menjadi destinasi kampung wisata yang tidak hanya mematuhi regulasi, tetapi juga meningkatkan daya tarik, terutama sehubungan dengan keindahan sarung tenun.