Kesuksesan film superhero Hollywood mendorong sineas Indonesia untuk mengembangkan film dengan genre serupa, adalah Film Satria Dewa: Gatotkaca yang mengangkat cerita pewayangan yakni Mahabharata versi Jawa ke dalam konteks modern. Di sisi lain, wayang mengandung ajaran-ajaran yang berperan prinsip hidup bagi masyarakat Jawa guna memperoleh keselamatan dalam kehidupan. Namun, penggambaran unsur-unsur budaya Jawa dalam film Satria Dewa: Gatotkaca dipengaruhi oleh budaya populer, berdampingan dengan teknologi, bahasa gaul dan sebagainya. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah penonton memahami makna unsur-unsur budaya tersebut atau hanya melihatnya sebagai film yang secara visual merujuk pada aspek pewayangan saja. Penelitian menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan konsep tiga nilai dominan budaya Jawa (Kolektivisme, spiritualisme dan kemanusiaan) oleh Iman Budi Santosa untuk mentukan sampel adegan. Hasil penelitian menunjukan unsur-unsur budaya Jawa yang beragam direpresentasikan pada film secara tersirat maupun tersurat yang disesuaikan dengan kebutuhan cerita. Unsur-unsur budaya Jawa yang direpresentasikan antara lain adalah keyakinan masyarakat Jawa terhadap makna mimpi dan eksistensi hukum karma, penggalan lirik dari pupuh kinanthi dalam Serat Wulangreh dan Serat Witaradya, dan tradisi mengubur tali pusat bayi.
Kata Kunci: Film, Superhero, Representasi, Wayang, Budaya Jawa, Semiotika, Barthes.