Sebagai salah satu komoditas ekspor yang sangat vital, penting untuk
meningkatkan produksi dan kualitas udang. Jenis udang yang dominan dalam
budidaya di Indonesia adalah Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei). Pada
tahun 2021, produksi udang di Indonesia berhasil mencapai 1,21 juta ton.
Menurut data Kementerian Perikanan dan Budidaya (KKP), dengan nilai Rp
79,21 triliun. Jumlah ini meningkat 9,20% dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 1,11 juta ton dengan nilai Rp 66,53 triliun. Angka ini juga merupakan
yang tertinggi yang pernah tercatat dan merupakan peningkatan sebesar 6%
dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Edhy Prabowo, Menteri Perikanan dan
Perikanan (KKP), produk udang sangat diminati. Pasar dunia mengharapkan 13
hingga 15 juta ton pasokan udang. Indonesia baru menyediakan 860.000 ton.
Kualitas air yang buruk atau tidak memenuhi standar budidaya udang
yang optimal seringkali menjadi masalah bagi petambak udang. Hal ini dapat
menyebabkan tingkat kematian yang sangat tinggi dalam budidaya udang dan
menyebabkan kegagalan panen. Masih digunakannya cara manual untuk
pengecekan kualitas air seperti suhu, pH, dan TDS menjadi salah satu kendala
yang dihadapi petambak udang. Jika pengecekan kondisi air dilakukan secara
tidak teratur atau tidak konsisten, hal ini dapat menyebabkan perubahan kualitas
air yang tidak diinginkan tanpa disadari oleh peternak udang. Akibatnya, siklus
perkembangan udang dapat terganggu dan mengakibatkan kelalaian dalam
pengambilan tindakan yang tepat oleh peternak..
Sistem monitoring kualitas air tambak udang yang dibuat memiliki nilai
error sensor PH4502C sebesar 0,7% dan tingkat akurasi sensor sebesar 99,3%,
nilai error sensor Suhu DS18B20 sebesar 0,4% dan tingkat akurasi sensor 99,6%,
nilai error sensor TDS sebesar 1,42% dan tingkat akurasi sensor 98,58%.
Kata Kunci: IoT, Solar Cell, Sensor pH, Sensor Suhu, Sensor TDS.