Sebuah kota dapat dianggap berhasil dalam mengimplementasikan city image apabila kota tersebut telah mengamalkan karakteristik city image yang meliputi aspek kognitif, afektif, evaluatif, dan behavioural. Di Kota Bandung, perwujudan city image ditopang melalui eksistensi mural yang terdapat di titik-titik tertentu, beberapa di antaranya ialah keberadaan mural M. A. W. Brouwer dan Pidi Baiq. Penelitian ini mengeksplorasi dan merepresentasikan penyebab yang melatarbelakangi terbentuknya persepsi penggagas kedua mural tersebut terhadap Kota Bandung menggunakan semiotika Julia Kristeva yang mencakup interpretasi pesan secara genoteks, fenoteks, dan intertekstualitas yang kemudian dikaitkan dengan realitas Kota Bandung saat ini. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan paradigma kritis yang kemudian dianalisis secara studi pustaka. Adapun pada prosesnya, penelitian ini melakukan peninjauan berdasarkan referensi catatan sejarah melegenda karya Haryoto Kunto yang memuat potret Kota Bandung akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemanfaatannya, mural berfungsi sebagai city image yang dapat mewakili persepsi maupun impresi masyarakat. Meskipun begitu, pemaknaan mural yang ditinjau melalui impresi masyarakat terdahulu cukup berbeda dengan bagaimana masyarakat melihat Kota Bandung saat ini sebagai akibat dari ketidaksesuaian tatanan kota yang tampak pada realitasnya.