Daerah perkotaan umunya dikenal sebagai pusat industri sebuah wilayah sehingga otomatis penggunaan internet dapat dikatakan melimpah salah satunya yaitu Kecamatan Wonokromo. Terdapat banyak keluhan yang terdengar baik secara sengaja maupun tidak sengaja mengenai jaringan internet yang mengalami gangguan khususnya di Kecamatan Wonokromo. Maka dari itu, dilakukan pengumpulan data existing link backbone di wilayah tersebut termasuk sampling pemilihan rute jaringan fiber optik pada salah satu core dari STO menuju pelanggan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja link backbone terhadap jaringan existing fiber optik dan melakukan simulasi dengan menggunakan software Optisystem. Beberapa parameter yang digunakan dalam menganalisis kinerja jaringan tersebut adalah power link budget, dispersi, rise time budget, maintainability, availability, dan BER (bit error rate). Parameter tersebut dihitung berdasarkan data existing yang diperoleh dan hasil mengacu pada standard PT. Telkom dan ITU-T. Selain itu, akan dilakukan optimasi menggunakan perangkat EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier) jika hasil yang diperoleh tidak memenuhi standard.
Nilai perhitungan manual power link budget dalam kondisi downstream dan upstream masing-masing diperoleh sebesar 21,335 dB dan 18,472 dB dengan daya terima sebesar -16,835 dBm dan -13,972 dBm dengan hasil simulasi total daya terima diperoleh masing-masing sebesar -17,178 dBm dan -16,346 dBm, nilai dispersi sebesar 1,53769 ps, nilai rise time budget sebesar 49,522 ps, nilai SNR sebesar 47,104 dB, nilai Q-factor sebesar 11,776, dan nilai BER sebesar 1,9×10-34 . Selain itu, dilakukan simulasi menggunakan software Optisystem dengan. Hasil simulasi Q-factor dalam kondisi downstream dan upstream masing-masing senilai 8,682 dan 8,691, sedangkan BER senilai 1,948×10-18 dan 1,798×10-18 . Pada perhitungan availability diperoleh presentase kelayakan sebesar 99,65%. Nilai tersebut dinilai tidak memenuhi kinerja jaringan yang diinginkan sesuai standar ITU-T yaitu 99,99%.
Berdasarkan hasil parameter
power link budget,
rise time budget, disperi,
Q-factor, dan BER sesuai standard maka optimasi menggunakan EDFA tidak perlu dilakukan. Optimasi EDFA tidak bergantung pada
availability