Kelangkaan bahan baku menghambat produksi, mengakibatkan tidak terpenuhinya permintaan pasar dan hilangnya kepercayaan konsumen, yang berdampak buruk pada keberlangsungan perusahaan. Seperti halnya yang terjadi pada industri pengolahan ikan dalam kemasan di Banyuwangi. Untuk meningkatkan ketahanan perusahaan terhadap risiko di masa depan, diperlukan pengukuran resiliensi rantai pasok menggunakan metode Fuzzy DEMATEL. Terdapat lima faktor kritis yang diamati dalam penelitian ini, yaitu Perencanaan Proses Purchasing (C1), Inventory Management (C2), Perencanaan Permintaan dan Produksi (C3), Optimasi dalam Proses Logistik (C4), dan Top Management Support (C5). Analisis ini menunjukkan bahwa Perencanaan Proses Purchasing (C1) memiliki peran sentral dalam ketahanan rantai pasok (17,548), diikuti oleh Inventory Management (16,379). Perencanaan Permintaan dan Produksi (16,216), serta Optimasi dalam Proses Logistik (15,848). Meskipun Top Management Support (12,808) kurang terlibat secara langsung, faktor ini tetap penting. Koordinasi antara Inventory Management dan Perencanaan Proses Purchasing sangat penting untuk efisiensi dan ketahanan rantai pasok produk ikan kemasan. Implikasi manajerial menekankan pentingnya optimasi manajemen inventori dan perencanaan proses purchasing melalui seleksi pemasok yang optimal, diversifikasi sumber pemasok, dan fleksibilitas kontrak pembelian untuk menghadapi perubahan pasar.
Kata kunci: Supply Chain Resilience, Fuzzy DEMATEL, Analisis Sensitivitas, Industri Perikanan.