Sebagai negara yang merupakan negara tropis dan memiliki perkembangan industri
agrikultur yang berkembang pesat menjadikan indonesia sebagai salah satu negara yang
memiliki ketersediaan sumber daya biomassa dan bio-energi yang cukup banyak. namun
faktanya masih banyak masyarakat Indonesia menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber
energi utama. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, mayoritas atau 82,78% rumah tangga
Indonesia menggunakan bahan bakar gas LPG untuk memasak pada 2021. potensi biomassa
cukup banyak yang didapatkan dari limbah pertanian, perkebunan, dan sisa-sisa dari tumbuhan
atau pepohonan yang mudah ditemukan di pedesaan. Dengan demikian masyarakat di pedesaan
lebih mudah dalam memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakar untuk menggantikan
penggunaan bahan bakar fosil dalam hal ini LPG yang memiliki jumlah yang terbatas.
Penelitian ini menghadirkan bentuk solusi dalam memanfaatkan biomassa yang berupa
kompor biomassa. saat ini kompor biomassa telah banyak beredar di pasaran yang terbuat dari
bahan yang beragam. pada penelitian ini kompor biomassa dibuat dengan menggunakan bahan
dasar semen dengan campuran fly ash, tanah liat, dan perlit, serta kerangka yang terbuat dari
plat galvanis. dalam pengujian performa kompor biomassa dapat menggunakan WBT.
Pada penelitian ini dilakukan dua percobaaan dengan metode yang sama yaitu WBT.
percobaan pertama uji performa kompor biomassa konvensional dengan kompor biomassa
semen tanpa menggunakan variasi laju aliran udara, dan percobaan kedua uji performa kompor
biomassa semen dengan variasi laju aliran udara pada kecepatan 1 m/s, 2,5 m/s, dan 5 m/s.
hasil percobaan uji performa kompor biomassa konvensional dengan kompor biomassa semen
didapatkan nilai efisiensi termal dari kompor biomassa konvensional lebih tinggi dan nilai FCR
lebih rendah dibandingkan dengan kompor biomassa semen. namun kompor biomassa semen
lebih cepat dalam mendidihkan air dan memiliki laju kalor yang lebih tinggi. pada percobaan
variasi laju aliran udara primer pada kompor biomassa semen didapatkan hasil semakin cepat
laju aliran udara primer maka nilai FCR semakin tinggi, nilai laju kalor semakin tinggi, dan
boiling time lebih cepat. walaupun demikian untuk nilai efisiensi tertinggi didapatkan pada
kecepatan aliran udara 2,5 m/s.