Transformasi digital telah menjadi kebutuhan mendesak bagi UMKM kuliner di era modern, termasuk bagi Bajamba Kapau, sebuah rumah makan khas Minangkabau di Bandung. Rumah makan ini menghadapi dilema dalam upayanya mempertahankan keaslian masakan dan konsep tradisional sambil mengadopsi teknologi digital. Urgensi untuk melakukan transformasi digital sebagai upaya merevitalisasi bisnis dan menarik kembali minat konsumen. Selain itu, ada kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperluas jangkauan pasar melalui digitalisasi. Namun, kekhawatiran akan pengurangan nilai autentisitas dan pengalaman khas, serta tantangan teknis dalam integrasi sistem digital dengan operasional tradisional, menambah kompleksitas proses implementasi transformasi digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan utama yang dihadapi oleh Bajamba Kapau dalam implementasi transformasi digital dan merumuskan roadmap yang efektif untuk mengatasi tantangan tersebut. Melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, penelitian ini berfokus pada kelompok organisasi dengan unit analisis Bajamba Kapau. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Penelitian dilakukan dalam konteks non-contrived setting, tanpa intervensi signifikan dari peneliti, dan bersifat cross-sectional dengan keterlibatan minimal. Hasil penelitian mengungkap beberapa tantangan signifikan dalam implementasi transformasi digital di Bajamba Kapau. Tantangan utama mencakup (1) Keterbatasan keahlian IT dan (2) kepemimpinan digital yang belum optimal. Keterbatasan keahlian di Bajamba Kapau menghambat transformasi digital secara menyeluruh, karena hanya sedikit yang memiliki keterampilan yang diperlukan. Selain itu, kepemimpinan digital yang belum optimal memperlambat proses integrasi teknologi dan otomatisasi. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam mengidentifikasi tantangan spesifik yang dihadapi oleh UMKM kuliner seperti Bajamba Kapau dalam proses transformasi digital. Saran praktis yang diberikan meliputi pelatihan terstruktur untuk meningkatkan keterampilan digital karyawan, mencakup penggunaan teknologi baru dan pemahaman bisnis. Teknologi tepat harus dimanfaatkan untuk efisiensi operasional dan layanan pelanggan, seperti sistem manajemen inventori. Implementasi sistem umpan balik dan evaluasi berkala juga dianjurkan untuk mengukur kemajuan transformasi digital dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Berdasarkan temuan penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model transformasi digital yang spesifik untuk industri kuliner. Studi komparatif antara rumah makan yang telah berhasil dan yang belum dalam melakukan transformasi digital dapat memberikan wawasan berharga. Pengembangan kerangka kerja untuk mengukur dampak transformasi digital terhadap kinerja bisnis rumah makan juga diperlukan