Abstrak : Pasal 28H yang menyatakan bahwa warga negara berhak mendapatkan perlakuan khusus untuk sebuah persamaan. Namun, pada kenyataannya masih terdapat kesenjangan pendidikan terutama pada anak yang menyandang disabilitas, sehingga menunjukkan bahwa masih adanya ketidakadilan dalam penyetaraan pendidikan. Pada wilayah indonesia, pendidikan yang dikhususkan untuk para penyandang disabilitas adalah Sekolah Luar Biasa (SLB). Meskipun sudah memiliki SLB, masih terdapat kekurangan dalam pelayanan hak pendidikan terhadap mereka yang menyandang status disabilitas. Hal ini disebabkan oleh fasilitas yang dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan. Fasilitas yang ada seharusnya mampu mengakomodasi para penyandang disabilitas sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena hal itu, diperlukan peninjauan dan perancangan ulang dengan perhatian khusus untuk mendesain Sekolah Luar Biasa (SLB). Pernyataan ini juga berlaku untuk Sekolah Luar Biasa Negeri – A Pembina Tingkat Nasional Jakarta. Pendekatan rancangan yang akan digunakan adalah multisensory yang berhubungan dengan psikologis pada mobilitas tunanetra. Multisensory adalah sebuah metode yang telah diteliti sebelumnya dan terbukti efektif dalam membantu anak tunanetra lebih menjadi mandiri dan terampil pada lingkungan kehidupannya. Penelitian ini bertujuan agar penyandang disabilitas tunanetra dapat hidup secara mandiri dan dapat dijadikan salah satu tolak ukur dalam mendesain Sekolah Luar Biasa (SLB) bagi penyandang disabilitas tunanetra.
Kata kunci: Tunanetra, Sekolah Luar Biasa, Multisensory.
Abstract : Article 28H stated that citizens have the right to receive special treatment for equality. However, there are still educational gaps, especially for children with disabilities, thus showing that there is still injustice in educational equality. In Indonesia, education specifically for people with disabilities is Special Schools (SLB). Even though we already have SLB, there are still deficiencies in providing education rights services for those with disability status. This is caused by facilities that are considered not in accordance with needs. Existing facilities should be able to accommodate people with disabilities according to their needs. Because of this, a review and redesign are needed with special attention to designing Special Schools (SLB). This statement also applies to State Special Schools – A National Level Pembina Jakarta. The design approach that will be used is multisensory which is related to psychology in the mobility of the blind. Multisensory is a method that has been previously researched and proven to be effective in helping blind children become more independent and skilled in their living environment. This research aims to enable blind people to live independently and can be used as a benchmark in designing Special Schools (SLB) for blind people.
Keywords: Blind, School for The Blind, Multisensory.