Penelitian ini mengeksplorasi penerimaan aplikasi monitoring kesehatan ibu dan anak di daerah sub-urban, di mana akses layanan kesehatan terbatas. Menggunakan model Technology Acceptance Model (TAM) yang dimodifikasi dan pendekatan survei kuantitatif, penelitian ini melibatkan 262 tenaga kesehatan dengan ibu ibu PKK di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Hasil menunjukkan bahwa semua hipotesis diterima: Content and System Quality berpengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention (?=0.264; T=4.38), Attitude Toward Using (?=0.335; T=4.90), dan Perceived Usefulness (?=0.299; T=4.37). Perceived Usefulness juga memengaruhi Attitude Toward Using (?=0.424; T=7.67), dan Content and System Quality memengaruhi Perceived Usefulness (?=0.416; T=8.63) serta Attitude Toward Using (?=0.258; T=5.22). Perceived Ease of Use memengaruhi Perceived Usefulness (?=0.399; T=7.57) dan Attitude Toward Using (?=0.272; T=5.00). Experience memengaruhi Perceived Usefulness (?=0.041; T=2.32) dan Perceived Ease of Use (?=0.738; T=18.0). Temuan penelitian ini memberikan wawasan tentang faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan aplikasi kesehatan di daerah Sub - urban, terutama terkait kualitas konten, sistem, dan pengalaman pengguna. Faktor-faktor ini memengaruhi persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan aplikasi, yang menjadi dasar penting untuk pengembangan aplikasi di masa depan. Penelitian ini juga menegaskan relevansi Technology Acceptance Model (TAM) dalam mengevaluasi penerimaan aplikasi di daerah sub-urban dengan akses layanan kesehatan terbatas. Rekomendasi meliputi peningkatan fitur ramah pengguna dan edukasi literasi digital untuk memperluas penerimaan aplikasi di kalangan masyarakat.
Kata Kunci: Technology Acceptance Model, Aplikasi Kesehatan, Penerimaan Teknologi, Kesehatan Ibu dan Anak, Daerah Sub-Urban.