Internet menjadi bagian penting dari kehidupan generasi Z di Indonesia, yang berdampak pada kesehatan mental seperti kecanduan, gangguan tidur, kecemasan, dan depresi. Menurut Survei Kesehatan Indonesia (2023), Jawa Barat memiliki tingkat depresi tertinggi di Indonesia, terutama di kalangan individu usia 15 hingga 24 tahun. Konseling online, sebagai bagian dari e-health, menyediakan akses terhadap layanan kesehatan mental melalui platform digital. Meningkatnya penggunaan internet di Indonesia oleh generasi Z tentunya terdapat faktor-faktor penting yang mempengaruhi adopsi layanan konseling online. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel terhadap adopsi penerimaan teknologi konseling online yang dilakukan oleh generasi Z di Jawa Barat, menggunakan model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT2). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan PLS-SEM melalui SmartPLS, dengan sampel sebanyak 384 responden yang diambil menggunakan cluster sampling sesuai rumus Lemeshow. Analisis dilakukan meliputi analisis deskriptif, evaluasi model pengukuran, dan evaluasi model struktural. Hasil analisis menunjukkan bahwa lima dari enam hipotesis diterima, yaitu pengaruh Performance Expectancy, Effort Expectancy, Facilitating Conditions, Price Value, dan Habit terhadap Behavioral Intention, dengan Habit menunjukkan pengaruh tertinggi (? = 0.236, P-value < 0.05). Sementara itu, hipotesis mengenai pengaruh Social Influence ditolak. Model ini menjelaskan 50,4% dari variansi niat adopsi teknologi, menunjukkan validitas tinggi dari faktor-faktor yang diidentifikasi. Penyedia layanan konseling online perlu meningkatkan manfaat, kemudahan penggunaan, dan infrastruktur untuk mendorong niat penggunaan di kalangan generasi Z. Penelitian ini juga memberikan kontribusi pada literatur UTAUT2 dengan menekankan pentingnya faktor-faktor individu dan lingkungan dalam mempengaruhi adopsi teknologi oleh generasi Z.