Pemerintah berupaya untuk mengurangi berbagai masalah kesehatan seperti underweight, wasting, overweight, dan khususnya stunting melalui transformasi digital, termasuk pengembangan aplikasi monitoring kesehatan. Meskipun demikian, tingkat adopsi aplikasi-aplikasi ini masih rendah. Rendahnya pengetahuan digital di kalangan ibu-ibu, serta aplikasi yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pengguna menjadi hambatan utama dalam penerimaan dan penggunaan aplikasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana ERP dari aplikasi monitoring kesehatan memenuhi kebutuhan ibu-ibu dalam mengelola gizi anak balita dan mencegah stunting, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan adopsi aplikasi tersebut berdasarkan model Technology Organization Environment (TOE). Pengumpulan data dilakukan melalui kertas survei yang di isi oleh tenaga kesehatan dan ibu-ibu PKK yang berada di puskesmas dan posyandu. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor teknologi, dengan nilai koefisien jalur sebesar 0.369 dan t-statistic 5.29 (> 1.96), memiliki pengaruh signifikan terhadap adopsi aplikasi. Faktor organisasi, dengan nilai koefisien jalur 0.239 dan t-statistic 3.24 (> 1.96), juga berpengaruh signifikan. Faktor lingkungan, yang mencakup regulasi pemerintah, memiliki nilai koefisien jalur 0.238 dan t-statistic 3.48 (> 1.96), menunjukkan bahwa regulasi pemerintah sangat mendukung penggunaan aplikasi ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi monitoring kesehatan telah memenuhi sebagian besar kebutuhan ibu-ibu dalam mengelola gizi anak balita, meskipun masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Solusi yang direkomendasikan pada aspek organisasi dan lingkungan meliputi peningkatan pelatihan digital bagi ibu-ibu di puskesmas dan posyandu untuk meningkatkan literasi teknologi dan membuat aturan pemerintah yang mendukung penggunaan aplikasi kesehatan. Penelitian lebih lanjut dapat difokuskan pada faktor-faktor lain seperti aspek sosial-budaya dan strategi untuk meningkatkan adopsi aplikasi di wilayah dengan keterbatasan infrastruktur.