Seni dan budaya memiliki peran penting dalam membentuk identitas suatu bangsa, terutama di Indonesia yang kaya akan potensi budayanya. Salah satu upaya penting dalam pelestarian ini adalah Teras Sunda Cibiru yang berperan sebagai wadah budaya Sunda. Namun, pandemi Covid-19 mempengaruhi minat seni dan budaya di Indonesia, termasuk penurunan drastis partisipasi di objek kebudayaan, seperti yang dilaporkan oleh BPS 2021. Sementara itu, perkembangan teknologi dan masuknya budaya asing juga berkontribusi pada penurunan minat terhadap budaya lokal. Meskipun pandemi mereda, kebangkitan minat pada pameran dan galeri seni belum sepenuhnya terwujud di Teras Sunda Cibiru, berbeda dengan Saung Angklung Udjo dan Taman Ismail Marzuki yang telah menjadi pusat aktivitas budaya. Fasilitas yang kurang memadai dan pengelolaan yang buruk menjadi beberapa masalah yang dihadapi Teras Sunda Cibiru, menyebabkan minat pengunjung menurun. Oleh karena itu, diperlukan perancangan ulang Teras Sunda Cibiru dengan pendekatan placemaking untuk mengoptimalkan fasilitas dan menarik minat masyarakat terhadap budaya Sunda. Redesain ini bertujuan untuk menciptakan ruang yang nyaman, multifungsi, dan memenuhi kebutuhan komunitas, pengunjung, dan karyawan, dengan memperhatikan aspek kenyamanan, keindahan, keamanan, dan interaksi pengguna. Metode perancangan melibatkan pengumpulan data primer dan sekunder, wawancara, observasi, serta studi banding. Manfaat dari perancangan ini diharapkan dapat meningkatkan peran Teras Sunda Cibiru sebagai pusat pelestarian budaya yang aktif dan mendukung pelestarian seni dan budaya di Bandung, memberikan fasilitas yang lebih layak bagi komunitas dan pengunjung.
Kata kunci: Seni, Budaya, Sunda, Cibiru, Placemaking.
Art and culture have an important role in shaping the identity of a nation, especially in Indonesia, which is rich in cultural potential. One of the important efforts in this preservation is the Sundanese Cibiru Terrace which serves as a forum for Sundanese culture. However, the Covid-19 pandemic has affected interest in art and culture in Indonesia, including a drastic decline in participation in cultural objects, as reported by BPS 2021. Meanwhile, technological developments and the entry of foreign cultures have also contributed to a decline in interest in local culture. Although the pandemic has subsided, the revival of interest in exhibitions and art galleries has not been fully realized in the Sunda Cibiru Terrace, in contrast to Saung Angklung Udjo and Taman Ismail Marzuki which have become centers of cultural activity. Inadequate facilities and poor management are some of the problems faced by the Sunda Cibiru Terrace, causing visitor interest to decrease. Therefore, it is necessary to redesign the Sunda Cibiru Terrace with a placemaking approach to optimize facilities and attract public interest in Sundanese culture. This redesign aims to create a comfortable, multifunctional space and meet the needs of the community, visitors, and employees, paying attention to the aspects of comfort, beauty, safety, and user interaction. The design method involves primary and secondary data collection, interviews, observations, and comparative studies. The benefits of this design are expected to increase the role of Sunda Cibiru Terrace as an active cultural preservation center and support the preservation of art and culture in Bandung, providing more decent facilities for the community and visitors.
Keywords: Art, Culture, Sundanese, Teras Sunda Cibiru, Placemaking.