Fenomena kondisi gangguan kesehatan mental (mental illness) mengalami peningkatan yang signifikan di berbagai negara dan didominasi oleh Generasi Z. Generasi Z hidup di era modern dengan tekanan lingkungan tinggi yang dapat dengan mudah mengganggu kesehatan mental. Adapun ciri utama lingkungan yang kurang baik terhadap fenomena dan isu kesehatan mental adalah lingkungan yang masih memiliki banyak stigma dan diskriminasi terhadap individu dengan gangguan kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi komunikasi persuasif inklusif dalam menghadapi stigma dan memperkuat penerimaan masyarakat terhadap stigma dan individu yang mengalami masalah kesehatan mental. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan Teori Stigmatisasi Erving Goffman, Komunikasi Persuasif Hovland, serta pengembangan Strategi Komunikasi Persuasif dengan Pendekatan Inklusif Melvin L. Defleur dan Sandra J. Ball-Rokeach. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyaluran dan validasi emosi sebagai bentuk psikodinamika pendekatan inklusif ditandai dengan pengakuan atas keberagaman pengalaman dan perasaan. Selain itu, penyesuaian kondisi dilakukan oleh individu dengan gangguan kesehatan mental ketika mereka dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang formal sebagai bentuk sosiokultural pendekatan inklusif. Pengakuan keberagaman, perasaan, hingga penyesuaian kondisi ternyata memerlukan perhatian, kolaborasi, serta dukungan dari masyarakat sesuai dengan bentuk pengkonstruksian makna pendekatan inklusif.
Kata kunci: Inklusif; Kesehatan Mental; Stigma; Strategi Komunikasi