Teknologi informasi telah berperan penting dalam pengembangan desa-desa cerdas di Indonesia, memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemandirian desa. Desa Bengkel, yang terletak di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali adalah salah satu contoh desa yang telah mengadopsi konsep smart village dan berhasil mencapai status desa mandiri. Meski demikian, desa ini masih menghadapi sejumlah tantangan yang memerlukan pengembangan lebih lanjut. Penerapan konsep smart village melalui perancangan enterprise architecture dapat meningkatkan potensi dan kualitas hidup masyarakat desa. Penelitian ini menggunakan framework TOGAF ADM 9.2 untuk merancang enterprise architecture yang meliputi delapan fase yaitu Preliminary Phase, Architecture Vision, Business Architecture, Data Architecture, Application Architecture, Technology Architecture, Opportunities and Solutions, dan Migration Planning. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan blueprint enterprise architecture dan architecture roadmap menggunakan 6 pilar yang berfokus pada tiga yaitu tata kelola cerdas, ekonomi cerdas, dan lingkungan cerdas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Bengkel telah mencapai beberapa target Sustainable Development Goals (SDGs), namun masih terdapat ketimpangan dalam manajemen operasional desa, pengembangan ekonomi, dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Pendekatan arsitektur enterprise yang dirancang dengan framework TOGAF ADM 9.2 menawarkan solusi strategis untuk pengembangan smart village di Desa Bengkel. Dengan integrasi teknologi informasi yang lebih baik, desa ini berpotensi untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Kata Kunci – Enterprise Architecture, TOGAF ADM 9.2, Enam Pilar, Pemerintah Desa, SDGs, Smart Village.