Tembakau merupakan komoditas utama dalam sektor pertanian Indonesia, yang memainkan peran penting dalam perekonomian negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, Indonesia memproduksi sekitar 225.700 ton tembakau, menjadikannya salah satu penggerak ekonomi utama, khususnya dalam industri hasil tembakau (IHT). Industri ini memberikan kontribusi besar melalui penyerapan tenaga kerja, pendapatan negara dari cukai, serta penghidupan bagi para petani.
PT XYZ adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi rokok dengan dua jenis utama, yaitu Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Meskipun PT XYZ memiliki kapasitas produksi yang besar, terutama pada produk SKM yang diproduksi dengan mesin, perusahaan ini menghadapi masalah dalam memenuhi permintaan pasar. Salah satu penyebab utama adalah kurang optimalnya pengelolaan persediaan tembakau, terutama karena adanya tembakau yang kedaluarsa akibat penyimpanan yang tidak efisien dan keterbatasan kapasitas gudang.
Dalam penelitian ini, pendekatan probabilistik multi-item digunakan untuk merancang kebijakan persediaan yang lebih efisien. Metode ini dipilih karena dapat menangani fluktuasi permintaan dan mempertimbangkan variabel-variabel penting seperti masa kedaluarsa dan kapasitas gudang. Data yang dikumpulkan meliputi data permintaan, data kedaluarsa, kapasitas gudang, biaya simpan, biaya pemesanan, biaya kekurangan, dan biaya kedaluarsa dari bulan Januari hingga Desember 2023. Setelah pengumpulan data, dilakukan uji distribusi normal untuk memastikan bahwa data permintaan berdistribusi normal. Selain itu, klasifikasi ABC digunakan untuk mengidentifikasi produk mana yang harus mendapat perhatian lebih dalam pengelolaan persediaan berdasarkan tingkat kepentingan dan kritikalitasnya.
Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa dari seluruh produk tembakau, tujuh di antaranya masuk dalam kategori A, yang berarti tembakau-tembakau ini menyerap sebagian besar dana inventori dan harus dikelola dengan lebih intensif. Produk dalam kategori B dan C juga dianalisis untuk menentukan strategi pengelolaan yang sesuai. Selanjutnya, perhitungan biaya persediaan aktual dilakukan, yang meliputi biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya kekurangan, dan biaya kedaluarsa.
Service level rata-rata perusahaan untuk tembakau dalam kondisi aktual hanya mencapai 35%, yang jauh dari target yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 95%. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan persediaan yang ada belum mampu memenuhi permintaan pelanggan secara efektif. Untuk itu, penelitian ini mengusulkan perbaikan kebijakan persediaan tembakau dengan menghitung ekspektasi kekurangan, safety stock, reorder point, dan waktu pemesanan optimal serta maksimal. Ekspektasi kekurangan dihitung berdasarkan distribusi probabilitas permintaan yang diasumsikan normal, dengan target service level 95% yang berarti maksimal kekurangan hanya sebesar 5%.
Perhitungan safety stock dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki cadangan persediaan yang cukup untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan dan mencegah kekurangan stok. Reorder point dihitung untuk menentukan titik di mana pesanan baru harus dibuat guna menghindari kehabisan stok. Selain itu, waktu pemesanan optimal dan maksimal dihitung dengan mempertimbangkan kapasitas gudang, sehingga persediaan dapat dikelola secara lebih efisien.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan menerapkan kebijakan persediaan yang lebih optimal, PT XYZ dapat meningkatkan service level mereka secara signifikan. Kebijakan baru ini diharapkan tidak hanya dapat memenuhi target 95% service level, tetapi juga mengurangi biaya yang terkait dengan kekurangan stok dan kedaluarsa produk.
Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan pentingnya pengelolaan persediaan yang terintegrasi dan responsif terhadap perubahan permintaan dan kapasitas penyimpanan. Dengan menerapkan kebijakan persediaan yang memperhitungkan masa kedaluarsa dan keterbatasan kapasitas gudang, PT XYZ dapat meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggannya. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi bagi PT XYZ untuk terus melakukan evaluasi dan penyesuaian terhadap sistem persediaan mereka guna mencapai kinerja yang lebih baik dan keberlanjutan bisnis yang lebih kuat. Selain itu, penelitian ini juga menyarankan agar perusahaan memperhatikan faktor-faktor eksternal seperti perubahan harga cukai dan fluktuasi pasar dalam merancang kebijakan persediaan di masa mendatang.