Kolaborasi antara universitas, industri, dan pemerintah (Triple Helix) dalam mendukung inovasi dan proses komersialisasi masih mengalami hambatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penghambat kolaborasi Triple Helix dalam proses komersialisasi di Universitas Telkom. Fokus utama penelitian ini adalah mengidentifikasi aktor Triple Helix serta perannya, menganalisis faktor-faktor penghambat kolaborasi Triple Helix, dan cara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dengan lima narasumber yang merupakan tenaga ahli dan pihak eksternal yang berhubungan dengan Universitas Telkom.
Hasil temuan penelitian ini mengidentifikasi bahwa Universitas Telkom, sebagai penyedia riset dan inovasi, memainkan peran dalam proses komersialisasi melalui unit-unit pendukung seperti Center of Excellence (CoE), Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPM), dan Bandung Techno Park (BTP). Industri berperan sebagai pemberi ide, early adopter, produsen, penyediaan modal, serta pengguna akhir yang menjual dan memberikan royalti kepada universitas. Pemerintah berfungsi sebagai regulator, penyedia pendanaan, pengguna inovasi, mitra penelitian, serta fasilitator kolaborasi antara universitas dan industri.
Faktor penghambat utama kolaborasi Triple Helix diidentifikasi dari masing-masing aktor. Hambatan yang dihadapi universitas meliputi keterbatasan insentif internal, perbedaan tujuan antara dunia akademis dan industri sehingga hasil penelitian tidak sesuai dengan kebutuhan pasar, serta kurangnya tenaga ahli. Selanjutnya, dari industri adalah ketergantungan industri pada teknologi luar negeri, kurangnya pemahaman industri akan kapasitas dan kapabilitas universitas, dan pasar yang dinamis serta inkonsistensi harga bahan baku. Kemudian, dari pemerintah adalah kebijakan pemerintah terkait kolaborasi Triple Helix belum sepenuhnya efektif terlaksanakan, kurangnya alokasi anggaran pemerintah, dan koordinasi pemerintah terkait kolaborasi Triple Helix masih memiliki hambatan.
Cara untuk mengatasi faktor penghambat adalah universitas perlu meningkatkan koordinasi internal, mengoptimalkan skema komersialisasi, meningkatkan jumlah tenaga ahli, mengembangkan kegiatan industrial gathering, dan meninjau kembali kebijakan terkait beban inovator. Industri harus lebih memahami kebutuhan akademisi, mengalokasikan lebih banyak dana, memastikan ketersediaan bahan baku, dan meningkatkan kolaborasi dengan pendekatan Open Innovation. Pemerintah perlu memperbanyak kegiatan kolaborasi, meningkatkan dana riset, menyederhanakan proses administratif, mendorong masyarakat untuk lebih menghargai produk lokal, dan membuat skema komprehensif komersialisasi dari hulu ke hilir serta mengaevaluasinya.
Kontribusi dari penelitian ini adalah memberikan pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor penghambat kolaborasi Triple Helix dalam proses komersialisasi di Universitas Telkom. Disarankan agar penelitian selanjutnya dilakukan di universitas yang berbeda untuk memahami lebih dalam mengenai faktor penghambat kolaborasi Triple Helix di universitas lain.
Kata Kunci: Komersialisasi, Triple Helix, Universitas Telkom