Rendahnya tingkat adopsi teknologi digital dalam ekosistem pertanian menjadi tantangan utama dalam pengembangan platform Agreeculture oleh PT. Telkom Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penghambat digitalisasi agribisnis, merancang pendekatan desain layanan yang sesuai, dan mengembangkan strategi pengalaman pelanggan untuk meningkatkan penerimaan teknologi digital. Dengan menggunakan kerangka kerja Multilevel Service Design (MSD), memungkinkan pengembangan terpadu dari penawaran layanan pada tiga tingkat hierarki yaitu merancang konsep layanan, merancang sistem layanan, dan merancang setiap pertemuan layanan dengan Services Experience Blueprinting, penelitian ini mengintegrasikan wawancara mendalam dengan pemangku kepentingan, Focus Group Discussion (FGD), dan pengujian prototipe layanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan utama meliputi rendahnya literasi digital, keterbatasan infrastruktur di wilayah pedesaan, serta kurangnya edukasi dan pendampingan teknis bagi petani. Penerapan MSD berhasil menciptakan desain layanan yang relevan dengan kebutuhan lokal, antarmuka yang ramah pengguna, dan fitur yang mudah diakses. Prototipe layanan yang dihasilkan mampu meningkatkan kepercayaan petani terhadap teknologi digital. Strategi yang disarankan mencakup pelatihan literasi digital berkelanjutan, pengembangan sistem dukungan berbasis komunitas, desain platform yang sederhana, serta kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan ekosistem digital yang berkelanjutan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa transformasi digital agribisnis membutuhkan pendekatan yang holistik dan berbasis kebutuhan pengguna. Hasil penelitian memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan ekosistem digital pertanian yang terintegrasi, mendukung keberlanjutan sektor pertanian di Indonesia.
Kata Kunci: Digitalisasi Agribisnis, Customer Experience, Multilevel Service Design, Agreeculture, Ekosistem Pertanian