Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia telah mendorong peningkatan signifikan dalam penggunaan e-wallet. Tren ini juga disertai dengan meningkatnya risiko kebocoran data pribadi akibat rendahnya kesadaran keamanan informasi di kalangan pengguna. Bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh faktor usia terhadap kesadaran keamanan informasi dengan metode kuantitatif menggunakan instrumen Human Aspects of Information Security Questionnaire (HAIS-Q) dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Sebanyak 452 responden dibagi ke dalam tiga kelompok usia (17–25, 26–45, dan 46–65 tahun), dan dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antar kelompok usia terhadap tingkat kesadaran keamanan (p > 0,05), sehingga H1, H2, dan H3 ditolak, meskipun nilai rata-rata tertinggi terdapat pada kelompok usia muda. Seluruh kelompok berada pada kategori kesadaran “sedang”. Temuan ini mengindikasikan perlunya pendekatan edukatif yang adaptif, segmentatif, dan berbasis risiko. Generasi Z membutuhkan reinforcement perilaku, kelompok usia digital native memerlukan pendekatan ringan dan kontekstual karena mengalami security fatigue, sedangkan kelompok digital immigrant memerlukan pelatihan praktis yang fundamental. Perlunya program literasi keamanan informasi yang disesuaikan dengan karakteristik tiap generasi untuk mendorong peningkatan kesadaran yang lebih tinggi dan aplikatif dalam praktik digital sehari-hari.
Kata Kunci: e-wallet, HAIS-Q, keamanan informasi, kelompok usia, kesadaran pengguna, perilaku digital.