Tuntutan terhadap penerapan prinsip keberlanjutan dalam bisnis semakin meningkat seiring berkembangnya agenda global Sustainable Development Goals (SDGs) dan kesadaran akan pentingnya aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola. Meskipun ESG menjadi standar penting dalam menilai kinerja non-keuangan perusahaan dan didukung oleh regulasi di berbagai negara, pelaksanaannya di kawasan ASEAN-5, termasuk Indonesia, masih menghadapi tantangan signifikan seperti rendahnya kualitas laporan keberlanjutan dan risiko praktik greenwashing. Kondisi ini menghambat transparansi dan akuntabilitas perusahaan dalam mengungkapkan komitmen nyata terhadap keberlanjutan, sehingga mengurangi kepercayaan pemangku kepentingan sekaligus mengancam efektivitas inisiatif ESG. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh transformasi digital, ukuran perusahaan, kompensasi eksekutif, keberagaman gender, dan komite keberlanjutan terhadap kinerja ESG pada perusahaan non-keuangan yang go-public di ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina) selama periode 2019–2023. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 775 data observasi dari seluruh negara ASEAN-5. Data dianalisis menggunakan metode regresi data panel dengan bantuan software EViews 12. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transformasi digital, ukuran perusahaan, kompensasi eksekutif, keberagaman gender, dan komite keberlanjutan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja ESG di ASEAN-5 dan masing- masing negara. Secara parsial, transformasi digital berpengaruh positif terhadap kinerja ESG di ASEAN-5, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Ukuran perusahaan berpengaruh positif di ASEAN-5, Indonesia, Singapura, dan Thailand. Kompensasi eksekutif hanya berpengaruh positif di Filipina, sedangkan keberagaman gender hanya berpengaruh positif di Malaysia. Komite keberlanjutan berpengaruh positif di ASEAN-5, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Temuan ini diharapkan dapat memberikan pandangan baru bagi investor dalam mempertimbangkan faktor non-keuangan yang mempengaruhi kinerja perusahaan serta sebagai acuan dalam pengambilan keputusan investasi yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab. Keterbatasan penelitian ini ditunjukkan dengan nilai adjusted R2 yang relatif rendah, sehingga masih banyak faktor lain yang dapat dikaji oleh peneliti selanjutnya. Saran bagi perusahaan, investor, dan regulator adalah untuk lebih memperkuat kebijakan dan praktik ESG di kawasan ASEAN agar kinerja keberlanjutan perusahaan dapat meningkat dan memberikan manfaat yang optimal bagi para pemangku kepentingan.