Turnover intention merupakan salah satu tantangan utama bagi perusahaan, khususnya pada karyawan Generasi Z yang kini mendominasi angkatan kerja. Deloitte (2025) menunjukkan bahwa 66% Gen Z memiliki kecenderungan tinggi untuk mencari pekerjaan baru. Fenomena ini sering dikaitkan dengan ketidakpuasan karyawan terhadap kompensasi dan tingginya stres kerja, terutama di kota Jakarta sebagai pusat aktivitas ekonomi yang kompetitif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemberian kompensasi, stres kerja, dan turnover intention pada karyawan Generasi Z, serta menganalisis pengaruh kompensasi dan stres terhadap turnover intention pada karyawan Generasi Z di Jakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan tujuan deskriptif dan tipe penyelidikan kausal. Populasi penelitan ini adalah karyawan Generasi Z di Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan metode purposive sampling menggunakan rumus Hair, sehingga diperoleh 140 responden. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan metode Partial Least Squares - Structural Equation Modeling (PLS-SEM).
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kompensasi berada dalam kategori baik, stres kerja dikategorikan cukup tinggi, dan turnover intention dikategorikan tinggi. Uji hipotesis menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention, artinya semakin baik kompensasi yang diberikan dapat menurunkan niat karyawan untuk berpindah. Sedangkan, stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention, artinya semakin rendah stres kerja, maka semakin rendah juga niat karyawan untuk berpindah.
Berdasarkan hasil penelitian ini, perusahaan diharapkan dapat lebih memperhatikan kebijakan kompensasi yang diberikan dan menerapkan strategi manajemen stres yang tepat guna meminimalisir turnover intention di kalangan karyawan Generasi Z.
Kata Kunci: kompensasi, stres kerja, turnover intention, Gen Z