Adanya kesenjangan sistemik, minimnya akomodasi yang tersedia, serta bias dari orang-orang terdekat yang dialami penyandang disabilitas di Indonesia masih membatasi partisipasi mereka dalam pendidikan, ekonomi, dan pengambilan keputusan. Cemara Paper, komunitas kewirausahaan berbasis daur-ulang kertas yang diprakarsai dan dikelola oleh penyandang disabilitas di Bandung, menawarkan model pemberdayaan akar-rumput melalui komunikasi inklusif. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana model Communication for Development and Social Change (CDSC) dengan model partisipatori menurut Servaes diimplementasikan dalam praktik Cemara Paper, serta sejauh mana model tersebut berkontribusi pada pencapaian SDG 4, SDG 8, SDG 10, dan SDG 17. Metode yang digunakan adalah studi kasus kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara semi-terstruktur, observasi partisipatif, dan analisis dokumen terhadap enam informan yang mewakili pengelola, anggota, pendamping, dan pakar. Analisis dilakukan melalui reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan (1) pelaksanaan evaluasi rutin dan riset kualitatif sudah berjalan, tetapi keterlibatan penuh anggota dalam proses evaluasi dan riset kuantitatif masih terbatas; (2) pendekatan berbasis komunitas dan partisipasi anggota terhambat oleh birokrasi pemerintah yang rumit, tetapi diperkuat lewat kemitraan dengan sektor swasta dan lembaga pendidikan; (3) praktik pemberdayaan Cemara Paper terbukti meningkatkan kompetensi kewirausahaan, rasa kepemilikan, dan akses pasar bagi penyandang disabilitas, sekaligus mengurangi kesenjangan sosial ekonomi di tingkat lokal. Penelitian ini memperkaya literatur komunikasi pembangunan berbasis disabilitas di Indonesia dan merekomendasikan peningkatan kolaborasi pemerintah-komunitas melalui kebijakan yang responsif kebutuhan disabilitas serta integrasi riset kuantitatif untuk memetakan dampak jangka panjang.