Perkembangan teknologi digital mendorong peningkatan kebutuhan sistem informasi yang didukung oleh infrastruktur digital. PT XYZ, sebagai penyedia dan pengelola jaringan akses telekomunikasi, menjalankan proyek berbasis konstruksi jaringan yang memerlukan manajemen proyek optimal. Keberhasilan proyek dinilai dari waktu, biaya, dan mutu. Namun, pada tahun 2024 hingga pertengahan 2025, proyek di Regional II Jawa Barat menunjukkan tingkat keterlambatan sebesar 41% per kuartal, yang tergolong tinggi. Salah satu proyek terbesar yang terdampak adalah proyek pengadaan dan pemasangan revitalisasi Fiber Termination Management (FTM) di STO Cijaura Bandung. Proyek ini bertujuan meningkatkan kapasitas jaringan, tetapi mengalami keterlambatan selama empat hari pada tahap awal, sehingga durasi membengkak menjadi 64 hari dan biaya meningkat sebesar Rp45.949.525. Untuk mengembalikan proyek ke jadwal rencana, diterapkan metode percepatan crashing (penambahan jam kerja dan tenaga kerja) dan fast tracking (penjadwalan paralel). Analisis dilakukan pada aktivitas kritis menggunakan metode Critical Path Method dan Precedence Diagramming Method. Tiga alternatif usulan diuji dan opsi yang dipilih adalah penambahan 25% pekerja disertai fast track pada pemasangan alat sambung. Alternatif ini mampu menurunkan durasi menjadi 60 hari dengan biaya Rp1.255.443.069 dan risiko sedang. Strategi ini dipilih karena memberikan peningkatan produktivitas tanpa membebani tenaga kerja secara berlebihan. Hasil ini diharapkan menjadi pertimbangan strategis bagi PT XYZ dalam pengambilan keputusan penjadwalan proyek yang lebih efisien dan tepat waktu.