Indonesia memiliki sekitar 97.560 hektar perkebunan teh dan merupakan salah
satu produsen teh terbesar di dunia, dengan Jawa Barat menyumbang dua pertiga
produksi nasional. Namun, kondisi tersebut tidak berbanding lurus dengan
kesejahteraan pekerja teh, terutama pemetik dan petani skala kecil. Di
Perkebunan Maleber, Cianjur, upah yang rendah, penyusutan lahan akibat alih
fungsi, serta stereotip pekerjaan menyebabkan minimnya regenerasi tenaga
kerja. Hal ini mendorong perlunya media komunikasi yang mampu menyuarakan
realitas tersebut secara efektif dan emosional. Untuk itu, dirancang sebuah film
fiksi dengan pendekatan penyutradaraan formalis yang menggambarkan kondisi
kesejahteraan pekerja teh secara naratif dan visual. Proses perancangan meliputi
pra-produksi, produksi, dan pascaproduksi, yang didahului oleh observasi
lapangan dan wawancara sebagai dasar penyusunan konsep cerita dan gaya
penyutradaraan. Teknik analisis tematik digunakan untuk menyusun struktur
naratif yang relevan dengan isu sosial, sedangkan teori formalisme diterapkan
dalam pendekatan penyutradaraan. Hasil perancangan menunjukkan bahwa film
fiksi mampu membangun empati terhadap isu kesejahteraan, meskipun
keterbatasan durasi dan kompleksitas isu menjadi tantangan tersendiri. Film ini
tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media edukasi dan
informasi.