Pengungkapan manajemen risiko merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memberikan informasi kepada para stakeholder mengenai berbagai risiko yang mungkin dihadapi setiap tahun, serta mencakup kebijakan, strategi, dan pengelolaan risiko yang diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh proporsi dewan komisaris independen, keberadaan komite audit, komite manajemen risiko, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan manajemen risiko. Fokus penelitian ini adalah pada perusahaan yang bergerak di sub-sektor keuangan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2021–2023.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan memilih sampel secara purposive sampling, di mana peneliti menentukan sampel berdasarkan kriteria tertentu, sehingga diperoleh total 60 sampel observasi yang terdiri dari 20 perusahaan selama periode penelitian 3 tahun. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan analisis regresi data panel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen, keberadaan komite audit, komite manajemen risiko, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko. Namun secara parsial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran komite audit, dan komite manajemen risiko tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko. Sedangkan ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan manajemen risiko. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memperdalam analisis terhadap variabel komisaris independen dengan mempertimbangkan aspek jumlah rapat, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, leverage (seperti DER dan debt ratio), serta variabel-variabel relevan lainnya.