Konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel kembali menarik perhatian dunia setelah wafatnya dua pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar. Kepergian mereka memicu reaksi emosional yang kuat di media sosial, yang menyoroti pentingnya analisis sentimen berdasarkan geotagged secara real-time. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika sentimen global menggunakan tweet berbahasa Inggris yang diberi geotagged dan dikumpulkan dari platform X (sebelumnya Twitter) selama periode Juli hingga Desember 2024. Metodologi yang digunakan adalah model klasifikasi berbasis Bidirectional Long Short-Term Memory (BiLSTM). Analisis temporal menunjukkan lonjakan sentimen positif pada bulan Agustus setelah wafatnya Haniyeh, yang dipandang sebagai sosok moderat. Sebaliknya, pada bulan Oktober, sentimen negatif mendominasi pasca wafatnya Sinwar yang dikenal lebih militan. Kontras ini mencerminkan bagaimana narasi publik memengaruhi ekspresi sentimen. Model BiLSTM yang digunakan berhasil mencapai akurasi validasi sebesar 82,76%, dengan nilai F1-score tertinggi 94% pada kategori netral. Persebaran analisis sentimen spasial menunjukkan adanya polarisasi, di mana negara negara mayoritas Muslim seperti Turki dan Pakistan cenderung menunjukkan sentimen positif, sementara Rusia, Spanyol, dan Portugal lebih banyak menunjukkan sentimen negatif. Negara-negara Barat menunjukkan keragaman, dengan Inggris dan Jerman menampilkan sikap yang lebih mendukung. Temuan ini menegaskan pentingnya integrasi analisis spasial-temporal dalam memahami reaksi publik terhadap krisis geopolitik, serta memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dengan menggunakan model berbasis transformer dan data multibahasa.