Wilayah pesisir Indonesia menghadapi tantangan besar akibat perubahan iklim dan bencana alam, seperti abrasi, banjir rob, dan gelombang tinggi, yang berdampak pada keberlanjutan sosial dan ekonomi masyarakat desa. Salah satu wilayah yang rentan adalah Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, dengan skor SDGs tujuan 13 (Desa Tanggap Perubahan Iklim) yang masih rendah, yaitu sebesar 5,88. Penelitian ini bertujuan untuk merancang enterprise architecture guna mendukung implementasi Desa Tangguh Bencana (Destana) yang lebih efektif, terstruktur, dan berkelanjutan. Perancangan dilakukan menggunakan framework TOGAF 10 yang mencakup fase Preliminary, Architecture Vision, Business Architecture, Information System Architecture, Technology Architecture, Opportunities and Solutions, serta Migration Planning. Hasil dari penelitian ini berupa blueprint enterprise architecture dan IT roadmap yang diharapkan menjadi panduan strategis bagi pemerintah desa dalam membangun sistem manajemen bencana yang terintegrasi dan adaptif. Perancangan enterprise architecture ini tidak hanya menggambarkan kondisi saat ini, tetapi juga memetakan kebutuhan teknologi masa depan yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan penerapan ini, diharapkan Desa Eretan Wetan dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, memperkuat koordinasi antar pemangku kepentingan, serta berkontribusi dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya bidang sistem informasi dalam menyelesaikan permasalahan nyata di wilayah pedesaan melalui integrasi sistem digital, serta diharapkan dapat diterapkan pada desa-desa pesisir lainnya yang memiliki karakteristik dan tantangan serupa.
Kata kunci— Desa Tangguh Bencana, Enterprise Architecture, Manajemen Bencana, SDGs, TOGAF 10, SDGs.