Transformasi digital melalui adopsi sistem pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) menjadi krusial bagi daya saing usaha mikro di Indonesia. Namun, terdapat kesenjangan adopsi yang signifikan, yang menunjukkan perlunya pemahaman mendalam mengenai faktor pendorongnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu niat perilaku (Behavioral Intention) dan perilaku penggunaan (Use Behavior) QRIS dari perspektif usaha mikro di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung menggunakan kerangka Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT2). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei terhadap 95 pelaku usaha mikro yang datanya dianalisis menggunakan teknik Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa model penelitian mampu menjelaskan 73,1% varians pada niat perilaku dan 54,9% pada perilaku penggunaan, yaitu nilai yang kuat dan moderat. Ditemukan bahwa Performance Expectancy, Facilitating Conditions, dan terutama Habit secara signifikan memengaruhi Behavioral Intention. Selanjutnya, Habit dan Behavioral Intention terbukti sebagai prediktor signifikan untuk Use Behavior. Namun, faktor seperti Effort Expectancy, Social Influence, dan Price Value tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Kesimpulan utama penelitian ini adalah bahwa adopsi QRIS oleh usaha mikro lebih didorong oleh persepsi manfaat fungsional dan kebiasaan yang sudah terbentuk, daripada oleh faktor kemudahan atau tekanan sosial. Temuan ini memberikan landasan strategis bagi pemangku kepentingan untuk merancang program yang lebih efektif dalam mengakselerasi digitalisasi UMKM di Indonesia.