Ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor unggulan yang memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk di Indonesia. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan pola konsumsi masyarakat, subsektor kuliner dinilai memiliki potensi besar dalam mendukung perekonomian lokal, khususnya di Kota Sukabumi. Akan tetapi, pengembangannya masih menghadapi berbagai kendala seperti terbatasnya akses pembiayaan, rendahnya literasi digital, lemahnya kerja sama antar pelaku, serta belum adanya ekosistem bisnis yang terstruktur dan mendukung secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan arsitektur ekosistem bisnis yang dapat memperkuat sektor kuliner Kota Sukabumi secara lebih inklusif dan adaptif.
Metode penelitian ini membahas arsitektur ekosistem bisnis dengan 5 langkah: 1) Identifikasi batas suatu ekosistem usaha; 2) Identifikasi pelaku dan perannya dalam ekosistem usaha; 3) Identifikasi proposisi nilai para aktor; 4) Identifikasi interaksi antar aktor; 5) Verifikasi desain arsitektur ekosistem bisnis. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menerapkan protokol interview dan studi dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem bisnis kuliner di Kota Sukabumi masih bersifat parsial dan belum terintegrasi secara digital. Interaksi antaraktor seperti pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan media belum berjalan secara sinergis. Oleh karena itu, model ekosistem yang diusulkan menitikberatkan pada penguatan tata kelola digital, pembentukan pusat kolaborasi lintas sektor, peningkatan kapasitas pelaku usaha, serta penataan ulang peran dan relasi antaraktor. Interaksi yang melibatkan pertukaran informasi, jasa, pendanaan, dan data menjadi elemen penting dalam desain arsitektur ekosistem yang diharapkan mampu meningkatkan efisiensi, daya saing, dan keberlanjutan sektor kuliner di tingkat lokal.
Kontribusi teoritis dari penelitian ini terletak pada upaya integrasi antara konsep ekosistem bisnis dengan pendekatan kolaboratif dalam konteks kota berkembang. Penelitian ini memperluas pemahaman tentang bagaimana teori pentahelix, konsep nilai bersama (shared value), dan prinsip adaptivitas dapat digunakan untuk merancang pengembangan sektor ekonomi kreatif berbasis kolaborasi dan teknologi. Temuan ini diharapkan menjadi acuan strategis bagi pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan ekonomi kreatif di daerah.
Kata kunci: Ekonomi Kreatif, Ekosistem Bisnis, Arsitektur Digital, Kuliner, Kota Sukabumi