Perkembangan teknologi komunikasi mendorong inovasi dalam layanan konseling, termasuk adopsi konseling online atau E-mental Health. Layanan ini menjadi alternatif bagi konselor dalam memberikan solusi atas permasalahan klien. Penelitian ini bertujuan menganalisis penerimaan konselor terhadap adopsi konseling online menggunakan kerangka Theory of Planned Behavior (TPB). TPB digunakan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku konselor terhadap penggunaan konseling online dalam praktik mereka. Studi ini melibatkan survei terhadap sejumlah konselor dengan beragam kualifikasi dan pengalaman. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner dianalisis secara kuantitatif menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan konselor. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku dengan niat konselor untuk mengadopsi konseling online. Sikap konselor dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap efektivitas dan efisiensi metode ini. Dukungan dari rekan kerja dan atasan (norma subjektif) juga berperan penting dalam pengambilan keputusan. Selain itu, akses terhadap teknologi, keahlian teknis, dan dukungan organisasi (kontrol perilaku) mempengaruhi adopsi konseling online. Penelitian ini memberikan wawasan berharga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi konseling online oleh konselor, serta dapat membantu pengembangan strategi untuk meningkatkan adopsi tersebut. Etika profesional, seperti menjaga hubungan baik di dunia maya, keamanan informasi, aspek hukum komunikasi internet, dan perizinan, harus menjadi perhatian utama. Dengan demikian, konseling online harus dilakukan secara profesional dan beretika. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan layanan konseling online yang lebih efektif dan terjangkau.