Perkembangan teknologi komunikasi nirkabel memicu meningkatnya kebutuhan akan spektrum frekuensi, yang dihadapkan dengan keterbatasan sumber daya spektrum yang tersedia. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana mengalokasikan sumber daya secara efisien dan adil pada jaringan radio kognitif, khususnya dalam skema hybrid interweave-underlay dengan mempertimbangkan interferensi antar pengguna.
Penelitian ini mengusulkan dan membandingkan tiga algoritma alokasi sumber daya, yaitu Proportional Fair (PF), Interference Limit-based Resource Allocation with Fairness Metric (ILRA-FM), dan Auction-based Game Theory. Setiap algoritma dirancang untuk memaksimalkan pemanfaatan spektrum sambil menjaga interferensi agar tetap di bawah ambang batas yang diizinkan oleh Primary User (PU). Sistem simulasi yang dibangun mencakup proses deteksi energi oleh Secondary User (SU), pembentukan kandidat SU berdasarkan ambang interferensi, serta alokasi subcarrier kepada PU dan SU oleh masing-masing algoritma dengan mempertimbangkan berbagai parameter performansi, yaitu sum rate, average data rate, spectral efficiency, power efficiency, fairness, dan outage probability.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa algoritma Auction-based Game Theory memberikan performa terbaik untuk SU dengan sum rate sebesar 2,68 × 10? bps, spectral efficiency 14,8635 bps/Hz, fairness tertinggi sebesar 0,72, serta outage probability terendah 0,0583. Untuk power efficiency, nilai tertinggi SU diperoleh oleh PF sebesar 3,79 × 10? bps/Watt. Sementara itu, algoritma PF memberikan performa paling stabil pada PU dengan average data rate 1,16 × 10? bps/user, sum rate 1,16 × 10? bps, spectral efficiency 6,4225 bps/Hz, power efficiency 5,79 × 10? bps/Watt, serta fairness tertinggi sebesar 0,81. Sementara itu, algoritma ILRA-FM menunjukkan hasil menengah pada sebagian besar parameter.
Kata kunci: Algoritma Auction-based game theory, Algoritma ILRA-FM, Algortima PF, Cognitive Radio, Resource Allocation.