Dayak Sungkung menjadi bagian asli dari peradaban Nusantara, memberikan pemikiran dan pemahaman mengenai berbudaya dan sosial terhadap di sekitarnya, namun seluruh kebutuhan jasmani sangat berharap banyak pada Malaysia, tidak adanya tanggung jawab dari pemerintah dan tidak adanya bukti kemerdekaan ketika melihat fenomena Dayak Sungkung, yang berada di perbatasan antara Indoensia dan Malaysia ini. Memberikan wacana kepada masyarakat adanya kemurnian rasa cinta tanah air, di balik keadaan yang sangat terisolasi, dan sangat tidak manusiawi. Dengan menggunakan metode kualitatif dan di bantu oleh pendekatan etnografi, untuk mendapatkan data yang maksimal, ikut turut berpartisipasi dan merasakan apa yang terjadi disana, dari hasil penelitian yang di dapat bahwa masyarakat Dayak Sungkung khususnya di Desa Surutembawang, Dusun Sikajang, Dusun Gun Jemak dan Dusun Gun Tembawang, memberikan kesan rasa cinta terhadap tanah air yang melebihi mayarakat di luar, yang lebih beruntung, maka merancang Film Dokumenter ini untuk memberikan wacana Nasionalisme dari Dayak Sungkung kepada masyarakat di kota-kota besar di Indonesia. Kebesarahan hati dari masyarakat Dayak Sungkung tercermin ketika seorang anak SMP, mengatakan bahwa “Tuhan tidak akan diam dan akan saya yakin percaya Tuhan akan memberikan keindahan pada saatnya”.
Kata kunci : film Dokumenter, Nasionalisme Perbatasan, Dayak Sungkung, Etnografi.