Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi interpersonal yang dilakukan guru SLB dan siswa tunarungu dalam meningkatkan kemandirian anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan kunci pada penelitian ini berjumlah 4 orang yang terdiri dari 2 orang guru SLB dan 2 orang siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo Bandung. Sedangkan untuk informan pendukung yaitu kedua orangtua siswa tunarungu. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi dan wawancara mendalam. Untuk meningkatkan validitas data, peneliti menggunakan triangulasi metode yaitu membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara yang didapatkan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa belum semua aspek kemandirian diterapkan pada proses belajar mengajar di SLB Negeri Cicendo Bandung. Pada kemandirian emosional, dari keempat aspek kemandirian emosional hanya satu aspek yang terlihat yaitu melatih keterampilan berkomunikasi siswa tunarungu secara lisan. Pada kemandirian behavioral, dari ketiga aspek yang terlihat hanya satu aspek yaitu meningkatkan rasa percaya diri siswa tunarungu dengan menciptakan suasana kompetitif di kelas. Pada kemandirian nilai belum terlihat penerapannya pada proses belajar mengajar di SLB Negeri Cicendo Bandung.