Stres merupakan reaksi individu terhadap stresor (penyebab stres) yang bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang fatal. Untuk mencegah
kemungkinan buruk tersebut diperlukan suatu indikasi awal saat terjadinya stres. Salah satu
cara adalah dengan mengamati perubahan respon fisiologis dan psikologis manusia.
Indikator fisiologis lebih bersifat objektif, mudah diidentifikasi, dapat diamati dan dapat
diukur dibandingkan dengan respon psikologis. Oleh karena itu banyak dikembangkan alat
pendeteksi stres yang menggunakan parameter yang bersifat fisiologis. Namun alat yang
telah dikembangkan hanya menggunakan satu parameter dan memiliki harga yang relatif
mahal.
Pada tugas akhir ini digunakan tiga parameter fisiologis yang perubahannya dapat
mengidentifikasikan tingkat stres manusia yaitu resistansi kulit yang biasa disebut dengan
GSR (Galvanic Skin Response), denyut nadi, dan suhu tubuh. Pemilihan ketiga parameter
ini didasarkan pada sensitivitas parameter terhadap perubahan tingkat stres, kesederhanaan
dan kemudahan pengolahan hasil pengukuran untuk sebuah sistem portable.
Hasil pembacaan ketiga sensor akan dikuatkan, difilter dan selanjutnya dijadikan
input port ADC (Analog to Digital Converter) dan timer mikrokontroler. Kemudian
mikrokontroler akan mengklasifikasikan masukan sesuai tingkat stres yang sudah
ditentukan berdasarkan tes DASS42. Keluaran yang berupa tingkat stres dan nilai
pembacaan sensor ditampilkan di LCD display.
Alat yang dirancang pada tugas akhir ini hanya dapat mengkategorikan kondisi
stres sampai tiga tingkat, yaitu normal, ringan, dan sedang dengan nilai performansi 60%.
Sistem denyut nadi memiliki rata – rata nilai perbedaan perhitungan 7.45 dibandingkan
dengan perhitungan manual. Sistem suhu memiliki rata – rata nilai perbedaan 0.3
dibandingkan thermometer yang ada di pasaran. Dan sistem GSR yang memiliki nilai linier
terhadap kenaikan tingkat stres. GSR, denyut nadi, temperatur, tingkat stres