Keberadaan usaha kecil, mikro dan menengah, selanjutnya disebut UMKM, telah menjadi salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi suatu negara dan memicu inovasi untuk sebuah negara. Di era digital yang bergerak semakin cepat ini, berdasarkan literatur dan beberapa laporan termutakhir, UMKM perlu meningkatkan pemahaman secara lebih jelas, mengenai kapabilitas digital. Apabila UMKM dapat bertransformas secara digital, mereka akan mampu memberikan kontribusi 2% dari target 5% sebagai negara berpenghasilan menengah pada tahun 2020. Juga keuntungan UMKM dapat meningkat hingga 80%, dan memiliki keunggulan bersaing yang kuat.
Berkaitan dengan kondisi di atas, sebagai kontribusi akademis, tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kapabilitas digital untuk UMKM. Pengukuran kapabilitas digital dikenal sebagai model kematangan digital (Digital Maturity model). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang dilakukan dengan studi literatur termutakir terkait dengan transformasi digital dan validasi komponen dimensi melalui wawancara dengan para ahli. Dengan keterbatasan jumlah uMKM yang begitu banyak, kami melakukan penelitian ini dengan studi eksploratif, sehingga kami dapat mengambil studi kasus dan pilot test. Studi kasus untuk penelitian ini diambil di Bandung, sebuah kota yang dinobatkan sebagai satu kota kreatif oleh UNESCO, karena kreativitas dan kondisi kewirausahaanya. Pada penelitian ini, digital maturity model hanya didefinisikan untuk jenis usaha kecil fashion, makanan, craft.
Sebagai kesimpulan akhir, peneliti telah mendefinisikan tujuh dimensi kapabilitas digital untuk UKM, penilaian juga komponen rumus, untuk menentukan kematangan digital tersebut. Berdasarkan pilot test dengan ketiga jenis usaha kecil tersebut, model kematangan digital ini dapat digunakan. Peneliti juga berharap, model kematangan digital ini dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan UMKM secara digital.