Ujaran kebencian yang terjadi di sosial media tidak hanya menjadi normalisasi sebagai dalih menutupi kekurangan diri namun juga menyulut ujaran kebencian dari pengguna yang lain karena dianggal normal. Padahal sama halnya dengan bicara secara tatap muka, dalam berkomentar juga harus dengan etika yang baik. Pada akhirnya, ujaran kebencian yang dimaksudkan sebagai kritik tersebut tidak berpengaruh terhadap penampilan pengguna makeup secara fisik, namun berdampak traumatis terhadap psikologis pengguna tersebut. Lebih jauh lagi, jika ujaran kebencian tersebut disampaikan secara publik, korban tidak hanya pengguna yang dituju namun lebih banyak pengguna lain yang melihat dan ikut melontarkan ujaran kebencian tersebut.