Tenun merupakan kain tradisional yang khas dari berbagai pulau di Indonesia. Lombok, sebuah pulau di wilayah Indonesia tengah, yang merupakan bagian dari kepulauan Nusa Tenggara Barat, sudah sejak lama menekuni teknik menenun sebagai salah satu bentuk mata pencaharian mereka. Desa Pringgasela merupakan salah satu desa sentra tenun di Lombok Timur. Desain tenunannya sederhana dan sarat makna. Menurut Wignyo Rahadi (2018), seorang desainer, meskipun sebagai sentra penghasil tenun, tenun Pringgasela terbilang kurang dikenal secara luas dibandingkan sentra tenun daerah lain. Eksistensi kain tenun Pringgasela pun sempat mengalami keterpurukan, dengan kondisi terparah di tahun 2016. Saat ini, belum banyak pula tenun Pringgasela yang diolah dalam bentuk produk turunan, seperti busana siap pakai. Padahal, seiring dengan perkembangan zaman, sudah banyak sekali desainer busana ready-to-wear yang memanfaatkan wastra Nusantara dalam rancangannya. Namun demikian, belum banyak yang megoptimalkan penerapan tenun Pringgasela dalam busana ready-to-wear. Berdasarkan hal tersebut, dilihat adanya potensi untuk mengembangkan tenun Pringgasela sebagai salah satu varian wastra Nusantara dalam perancangan busana ready-to-wear. Penelitian ini bertujuan sebagai salah satu bentuk upaya untuk mengembangankan tenun Pringgasela sebagai varian wastra Nusantara dalam industri fashion dengan menerapkannya dalam rancangan busana ready-to-wear, serta membuat perencanaan bisnis yang sesuai untuk pengembangan peluang usaha busana tersebut. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi literatur, survei, dan eksplorasi rancangan. Hasil dari penelitian ini berupa busana ready-to-wear untuk wanita dengan gaya berpakaian sederhana dan memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang etnik dan tradisional.
Kata kunci: tenun, tenun Pringgasela, ready-to-wear, bisnis, fashion