Sumatera Utara merupakan wilayah multikultural. Salah satu suku asli Sumatera Utara adalah suku Batak Toba. Suku Batak Toba menggunakan minuman khas yaitu tuak, baik dalam upacara adat ataupun kehidupan sehari-hari. Sampai sekarang, minuman tuak masih sangat merakyat di daerah Sumatera Utara, hampir di setiap kampung ada kedai yang dinamakan lapo tuak atau kedai tuak. Sebagaimana budaya lainnya, tuak juga dianggap sebagai hasil budaya yang bisa termasuk kedalam salah satu minuman khas tradisional yang dicari oleh wisatawan domestik ataupun mancanegara. Di Sumatera Utara sendiri produksi tuak tersebar diberbagai tempat, salah satunya di Medan. Medan adalah kota metropolitan terbesar di luar Pulau Jawa dan kota ketiga terbesar setelah Jakarta dan Surabaya. Walaupun termasuk kedalam salah satu kota terbesar di Indonesia, tuak yang diproduksi dan dijual di Medan belum memliki branding-nya sendiri. Banyaknya jenis tuak menimbulkan kesulitan mengidentifikasi asal tuak yang dijual di pasaran. Kemudian muncul ide untuk merancang brand untuk tuak selain dengan tujuan meningkatkan daya jual, juga untuk mempertahankan kualitas dari tuak itu sendiri (quality control) agar bisa lebih dipercaya oleh calon konsumen. Perancangan identitas tersebut diikuti dengan pembuatan kemasan dan promosi yang sesuai dan efektif. Dengan pembuatan identitas merek diharapkan tuak Batak Toba dapat didentifikasi oleh calon konsumen dengan lebih mudah.