Kota Sawahlunto pada awalnya merupakan kota kolonial (colonial town). Pemerintah kolonial kemudian membangun kota yang bercorak kolonial. Kota Sawahlunto dapat dibedakan dari kota-kota lainnya karena faktor penentu utama, yaitu bangunan — bangunan yang memiliki ciri khas colonial town dan deposit batu bara yang sangat melimpah. Pemerintah kota pun berusaha keras untuk memelihara kualitas lingkungan kota yang semakin menurun untuk meningkatkan identitas sebagai “Little Dutch”.
Pembangunan ekonomi kreatif juga menjadi salah satu pilihan pemerintah dalam pembangunan kota, setelah produksi batu bara berakhir, wisatawan bisa menemukan produk — produk dari usaha kreatif yang dilakukan masyarakat kota sawahlunto. Produk tersebut diantaranya adalah kerajianan batu bara Kota Sawahlunto di Sumatera Barat memang identik dengan batubara. Selain didominasi oleh sektor pertambangan dan pembangunan ekonomi kreatif, Sawahlunto juga popular dengan objek wisatanya. Perkembangan pariwisata di Kota Sawahlunto dari tahun ke tahun sangat bagus, mendapatkan antusias yang sangat luar biasa dari masyarakat maupun pemerintah.
Dari segi sarana pendukung pariwisata, Kota Sawahlunto memiliki 3 unit hotel yaitu hotel Parai City Garden (bintang 3), hotel Ombilin (bintang 1), dan hotel Laura (bintang 1). Dikarenakan kurangnya sarana pendukung pariwisata, yang menawarkan desain interior dengan desain heritage yang modern dan di terima oleh masyarakat di kota tersebut. Perancangan hotel bintang 4 ini diharapkan dapat meningkatkan sektor pariwisata, ekonomi masyarakat dan memperkenalkan kepada pengunjung bagaimana penerapan desain hotel yang modern, akan tetapi tetap memiliki unsur heritage Belanda, yang akan di terapkan pada hotel di kota Sawahlunto.