Kebudayaan tidak terlepas dari kebiasaan dan adat istiadat turun temurun warga sekitar yang menjadi sebuah jati diri sebagai ketahanan budaya. Salah satu contoh kebiasaan masyarakat Sunda Bandung yang tidak pernah punah hingga saat ini adalah ‘ngariung’ yang dalam Bahasa Indonesia berarti berkumpul. Setelah menganalisa eksisting yang digunakan di Cihideung, Kabupaten Bandung Barat, ditemukan bahwa bukaan dan lansekap yang luas menyebabkan kurangnya interaksi yang terjadi antara pengguna ruang antarbangunan. Kasus tersebut berakibat pada terkikisnya kebudayaan yang dimiliki oleh Budaya Sunda Bandung, terutama pada kegiatan ‘ngariung’. Selain itu, adanya perbedaan usia pengguna ruang menjadi salah satu faktor tidak terjadinya komunikasi yang diharapkan. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyajikan perancangan yang dapat memicu terjadinya interaksi di dalam ruangan dengan menyediakan area titik temu pengguna ruang dan meminimalisir penggunaan sekat yang dibantu oleh elemen interior lain. Area titik temu dapat berupa tempat diskusi, belajar, makan dan kegiatan bersantai lainnya.
Kata kunci : Interaksi, ngariung, Sunda Bandung