Remaja boarding school dituntut untuk menetap di asrama sehingga harus berpisah
dengan orang tua. Anak cenderung merasa kehilangan rasa aman yang biasa mereka
dapatkan langsung dari orang tua. Tidak hanya perihal kelekatan, remaja boarding
school dihadapi dengan perubahan sikap orang tua yang cenderung lebih
mengedepankan suatu keseragaman nilai dan kepercayaan terhadap anaknya.
Sehingga anak dituntut patuh kepada orang tua dengan segala peraturan dan
kebijakan yang dibuat ketika anak memasuki boarding school. Selain itu anak
memiliki kesempatan yang minim untuk berbicara kepada orang tua terkait waktu
telepon yang terbatas. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kelekatan keluarga terhadap pola komunikasi keluarga berdasarkan
attachment theory oleh J. Bowlby & M. Ainsworth (1958) dan family communication
pattern oleh Fitzpatrick (2002). Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat
apakah terdapat perbedaan antara kelompok boarding school dan non-boarding
school. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif kausalitas dengan menggunakan teknik klaster sampling dengan total
responden 438 yang terdiri dari 233 remaja kelas XII SMAIT Assyifa Boarding
School dan 205 remaja kelas XII SMAN 02 Subang. Hasil uji hipotesis menunjukkan
adanya pengaruh kelekatan keluarga yang signifikan terhadap pola komunikasi
keluarga. Pada remaja boarding school, tipe kelekatan keluarga yang paling
mempengaruhi pola komunikasi keluarga adalah secure attachment (X1) terhadap
conversation dengan persentase 51,4% yang berarti terkategorisasikan memiliki
pengaruh yang sedang. Pada remaja non-boarding school, tipe kelekatan keluarga
yang paling mempengaruhi pola komunikasi keluarga adalah secure attachment (X1)
terhadap conformity dengan persentase 69,5% yang berarti terkategorisasikan
memiliki pengaruh yang kuat.