ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang berkembang pesat ini mengakibatkan kota Bandung tidak dapat terhindar oleh globalisasi. Era globalisasi tersebut dengan mudah telah memasuki kota Bandung, tidak jarang malah menggeser beberapa budaya termasuk kebudayaan Sunda dan ciri khas daripada suatu bangsa maupun negara. Salah satu dampak lainnya yaitu mulai tergesernya kecintaan masyarakat akan unsur-unsur kebudayaan yang sudah ada dan diwariskan secara turun temurun. Bahkan menurut Sarumpaet (2016) dalam bukunya yang berjudul Krisis Budaya, menyatakan di era sekarang ini banyak anak-anak atau masyarakat umum yang cenderung melupakan warisan unsur-unsur dan produk kebudayaan atau kearifan lokal, banyak dari mereka yang justru beralih untuk memperdalam produk-produk budaya dari negara lain. Sangat disayangkan jika mereka lebih mengenal kebudayaan dari negara lain dan melupakan kebudayaan lokal dari negara sendiri.
Di kota Bandung sendiri sebagai ibukota Jawa Barat yang terkenal akan pendidikan dan kebudayaan Sundanya, walaupun sudah terdapat fasilitas yang mendukung pelestarian budaya Sunda berupa pusat kebudayaan, sangar-sanggar seni ataupun perpustakaan daerah, namun sayangnya pemanfaatan dari beberapa fasilitas tersebut masih kurang optimal bagi anak-anak yang sebagaimana dijelaskan dalam redaksi humas.bandung.go.id (2019), bahwa bahasa Sunda sebagai unsur dan produk dasar budaya pun tak separuh anak-anak di Bandung melestarikan atau menggunakannya terlebih produk budaya Sunda yang lain seperti seni tari, musik, wayang golek dan lain-lain. Selain dikarenakan sarana dan prasarana yang menunjang masih terbatas serta kurang edukatif, kondisi fisik bangunan yang kurang menarik perhatian dan metode yang kurang menyenangkan bagi anak juga dapat menjadi pemicu hal tersebut.
Edutainment merupakan salah satu bentuk fasilitas yang memiliki fungsi sebagai sarana atau media pembelajaran sekaligus mampu berfungsi sebagai sarana bermain. Fasilitas Edutainment ini tentunya sangat bermanfaat sebagaimana masyarakat sekarang pada umumnya lebih memilih untuk berekreasi dibanding hanya sekedar membaca buku. Bahkan sekarang ini fasilitas Edutainment mulai berkembang di kota-kota besar di Indonesia seperti di Jakarta dan Bandung. Maka perancangan Fasilitas Edutainment Kebudayaan Sunda di Bandung ini yang menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk memperkenalkan dan mengedukasikan kebudayaan Sunda melalui pembelajaran yang bersifat interaktif, aktif, dan non-formal namun tetap dikemas dalam konsep menyenangkan. Sehingga penggabungan unsur Education dan Entertainment tentunya akan menarik perhatian dan minat masyarakat khususnya anak-anak untuk melakukan edukasi mengenai kebudayaan Sunda sekaligus bermain.