Adanya penyebaran virus Corona menyebabkan beberapa negara yang ada didunia mengalami dampaknya langsung adanya efek contagion termasuk di negara Cina, Thailand, Indonesia, dan Singapura. Sektor Keuangan merupakan salahsatu bidang yang terkena dampak dari adanya penyebaran dari berbagai negara termasuk pada indeks saham menunjukkan adanya ketidakstabilan pada grafik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi efek contagion diantara pasar Cina, Thailand, Indonesia, dan Singapura serta di negara manakah yang memiliki efek contagion. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang berupa data harga penutupan saham harian dari indeks saham Shanghai Stock Exchange 50 (SSE 50), Stock Exchange of Thailand 50 (SET 50), LQ45, dan Straits Times Index (STI) periode 2 Januari 2020 sampai 31 Juli 2020. Data pergerakan saham harian diambil dari yahoo finance dan investing.
Penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu Uji Unit Augmented Dickey-Fuller, Uji Heteroskedastisitas, Pemodelan ARMA, Pemodelan Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH), dan pemodelan pada Uji Granger Causality dengan return saham sebagai variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini pada indeks saham Shanghai Stock Exchange 50 (SSE 50), Stock Exchange of Thailand 50 (SET 50), LQ45, dan Straits Times Index (STI).
Hasil menunjukkan bahwa return SSE50 tidak mengalami adanya masalah heteroskedastisitas sehingga tidak bisa melanjutkan untuk pemodelan GARCH. Sedangkan, pada SET50, LQ45, STI mengalami masalah adanya heteroskedastisitas, sehingga pemodelan GARCH dapat dilakukan. Dihasilkan pemodelan GARCH yang terbaik yaitu GARCH(1,2), GARCH(1,1), GARCH(1,1), GARCH(1,1), GARCH(1,2), dan GARCH(1,3). Terjadi efek contagion pada masing-masing pasar modal, tetapi negara yang tidak keterhubungan yaitu pasar modal di Thailand (SET50). Pergerakan saham pada STI dipengaruhi oleh pergerakan saham SET50, pergerakan saham LQ45 dipengaruhi oleh pergerakan saham STI dan SET50.