Going concern merupakan asumsi akuntansi dimana suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan aktivitas usahanya dalam jangka waktu yang panjang dan tidak terjadi likuidasi dalam jangka pendek. Apabila perusahaan dianggap mengalami keraguan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor akan memberikan opini audit going concern dan opini tersebut dapat membantu investor untuk mengambil keputusan dan menjadi evaluasi bagi manajemen.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial antara pertumbuhan perusahaan, prior opinion, debt default dan opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013–2017.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistik dengan menguji kelakan regresi, keseluruhan model, koefisien determinasi, pengujian simultan dan pengujian parsial. Sebanyak 120 sampel perusahaan sektor pertambangan diperoleh dengan teknik purposive sampling yaitu perusahaan yang konsisten terdaftar di BEI tahun 2013-2017 dan perusahaan yang setidaknya mengalami satu kali kerugian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan, prior opinion, debt default dan opinion shopping secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Secara parsial, debt default dan opinion shopping tidak berpengaruh signifikan, sedangkan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan dan prior opinion berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran agar auditor mempertimbangkan prior opinion dan pertumbuhan perusahaan untuk mempertimbangkan pemberian opini audit going concern pada tahun berikutnya.