Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu indikator dari kemajuan suatu negara. Dengan adanya infrastruktur berpengaruh penting pada perkembangan bangsa baik sektor ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, pertanian dan sektor-sektorlain (Informasi Statistik Infrastruktur PUPR, 2020). Ketersediaan infrastruktur meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang menuju pada perkembangan ekonomi suatu kawasan atau wilayah. Pembangunan infrastruktur tidak terlepas dari jasa konstruksi. Jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sarana guna menunjang terwujudnya pembangunan nasional.
PPB Wijaya Karya Beton Tbk (Majalengka) adalah Pabrik Produksi Beton (PPB) dengan salah satu tujuan utamanya untuk turut mendukung program pembangunan infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Sebagai salah satu sales area IV yang memiliki cakupan cukup luas dalam beroperasi dan agar mampu bersaing dengan sales area lain, hal ini mendorong pabrik untuk selalu meningkatkan performa secara terus menerus agar dapat selalu memberikan hasil yang memuaska. Terlebih lagi Di usia ke-24 tahun, WIKA Beton memasuki tahun ke-7 dengan status pabrik terbuka yang tercatat di pasar bursa, dengan demikian presetasi pencapaian pabrik menjadi tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh semua pemangku kepentingan.
Tugas Akhir ini merancang tentang sistem manajemen pengukuran kinerja di PPB Weton Majalengka dengan menggunakan kerangka Performance Prism dan bertujuan untuk merancang Key Performance Indicator (KPI), dengan metode ini diharapkan dapat mengatasi tuntutan pemangku kepentingan dan menerjemahkan keinginan serta kontribusi pemangku kepentingan menjadi suatu objective, strategy, process, dan capability untuk di rumuskan kedalam Key Performance Indicator (KPI) melalui validasi dengan pihak pabrik serta dengan menggunakan refrensi dari Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) BUMN . Setiap Objective dan KPI ini akan melalui pembobotan dengan menggunakan Analytical Hierarcy Process (AHP).
Kerangka Performance Prism adalah suatu alat penilian kinerja dan merupakan suatu metode yang mampu melakukan penyempuranaa dari metode-metode penilaian kinerja sebelummnya, seperti Balanced Scorecard (BSC) dan Integrated Perfomance Measurement System (IPMS). Performance Prism metode kinerja yang mempunyai filosofi dari bangun tiga dimensi (bangun prisma) yang memiliki 5 (lima) sisi yang saling berkaitan yaitu Stakeholder Satisfication, Strategies, Processes, Capabilities, dan Stakeholder Contribution. Metode Analytical Hierarchy Process ini terdiri dari rangkaian alternative pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan yang akan menjadi hirarki sub masalah dan dapat dianalisis secara mandiri. Metode ini membantu untuk menangkap dua aspek subjektif dan obyektif dari sebuah keputusan berdasarkan literatur yang tersedia.
Penentuan teknik sampling pada tugas akhir ini menggunakan teknik purposive sampling dimana penentuan kriteria sampel dan ukuran sample bergantung pada peneliti.
Rancangan tugas akhir ini terdiri dari 29 KPI yang tersebar kedalam 12 objective dan 25 strategi berdasarkan Stakeholder kunci, terdiri dari 7 KPI stakeholder karyawan, 5 KPI stakeholder pelanggan, 7 KPI stakeholder investor (Pusat), 7 KPI stakeholder supplier, dan 3 KPI stakeholder masyarakat, dengan hanya terpilih 10 KPI dengan bobot tertinggi yang nantinya menjadi pengukuran bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi dan menentukan rencana kerja perbaikan. Rancangan tugas akhir ini mengintegrasikan antara stakeholder (Manusia) dan KPI (Informasi).