Dalam melihat dan berinteraksi dengan sebuah objek, setiap individu selalu mempunyai penglihatan juga penilaian masing-masing pada setiap persepsi mengenai suatu objek, dan persepsi mengenai sesuatu yang benar dan salah, buruk dan bagus, yang terbangun dalam suatu individu atau kelompok dalam ruangnya masing-masing. Begitu pula dengan ruang sosial, diartikan sebagai ruang yang secara sosiologis dapat didefinisikan menjadi ruang secara personal maupun ruang secara umum (publik), yang pasti dengan adanya sebuah ruang dapat berpengaruh terhadap perkembangan suatu individu ataupun kelompok masyarakat. Sebagai sebuah wadah, ruang tersebut mempunyai segmentasi kepentingannya masing-masing, dengan identitas yang berbeda, budaya yang berbeda, pembangunan yang berbeda, dan dari perbedaan tersebut menimbulkan akulturasi yang saling tumpang-tindih. Yang dimaksud akulturasi tersebut, yaitu perbedaan antara ruang sosial yang bersifat urbanisasi dan subsisten, pada kedua ruang tersebut selalu menghadirkan dinamika sosial yang khas melalui persepsi sosial yang hadir pada masing-masing ruang. Perbedaan persepsi tersebut menurut penulis, mirip dengan pembahasan estetika persepsi Virgil Aldrich, yang melihat sebuah objek sebagai dualitas ambigu (dua arti). Penulis ikut andil dalam merasakan hal tersebut, karena tinggal dalam persinggungan dan peririsan antara kedua ruang sosial tersebut. Penulis mencoba memvisualisasikannya melalui karya lukisan dengan medium campuran, dan juga memvisualisasikan objek dari kedua ruang sosial tersebut menggunakan pendekatan found object, karena sedikitnya dapat mewakilkan representasi dari dinamika sosial.
Kata Kunci : masyarakat, ruang sosial, persinggungan ruang, akulturasi, dinamika sosial, estetika persepsi, found object, lukisan.