Kesadaran mengenai kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
Sebanyak 45,3% masyarakat Indonesia mengalami permasalahan gigi rusak atau berlubang,
dan sebesar 14% masyarakat Indonesia mengalami asbes atau gusi bengkak. Oleh karena itu
kesadaran mengenai kesehatan gigi dan mulut perlu ditangkat lagi, salah satunya melalui peran
rumah sakit khusus gigi dan mulut. Salah satu contohnya adalah Rumah Sakit Khusus Gigi dan
Mulut Pendidikan Universitas Jenderal Soedirman. Rumah sakit gigi dan mulut fokus pada
perawatan untuk jangka waktu yang singkat (rawat jalan) namun dilakukan secara rutin. Salah
satu cara untuk menarik minat masyarakat mengunjungi rumah sakit khusus gigi dan mulut
adalah melalui menghadirkan kesan ruangan yang ramah dan menarik perhatian bagi
pengunjung. Namun terdapat permasalahan pada rumah sakit gigi dan mulut yang juga
berkaitan dengan interior seperti organisasi dan tata ruang belum terorganisir dengan baik
sehingga ruang belum dimanfaatkan secara maksimal, penempatan furniture di area poliklinik
belum diterapkan dengan baik sehingga memengaruhi sirkulasi pengunjung, pencahayaan
ruang yang belum memenuhi standar sehingga ruangan menjadi gelap dan pengunjung merasa
kurang nyaman, lalu akustik yang kurang baik membuat bunyi dari alat-alat yang digunakan
dapat terdengar bagi pasien yang sedang berada di ruang tunggu. Melihat dari permasalahan
tersebut, untuk menghadirkan kesan ruang yang menarik dan memberi ketenangan bagi
pengunjung adalah melalui penerapan human behavior setting yang memperhatikan psikologis
manusia dengan ruang di sekitarnya.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menciptakan tata ruang rumah sakit gigi dan mulut
sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal, memenuhi standarisasi rumah sakit mendesain
interior rumah sakit gigi dan mulut agar mendatangkan kenyamanan bagi pengunjung.
Kata kunci : rumah sakit gigi dan mulut, sirkulasi, standarisasi, kenyamanan, human
behavior setting