Salah satu kelompok minoritas yang ada di Indonesia adalah Lesbian, Gay,
Transgender, Biseksual (LGBT). Kehadiran dari kelompok tersebut sering kali
menuai kontroversi dan juga perbedaan pendapat bagi masyarakat Indonesia. Pada
media sosial khususnya Twitter sering kali para penggunanya menjadikan media
tersebut menjadi tempat untuk menuangkan aspirasi dan opininya. Kehadiran sistem
Autobase pada Twitter pun juga menjadikan sistem tersebut memproduksi dan
menyerbarkan informasi keseluruh pengguna Twitter melalui menfess. Pada
penelitian kali ini peneliti akan meneliti perbincangan dan juga bentuk diskriminasi
yang terjadi pada menfess Autobase Twitter @tubirfess periode 29 Januari 2021.
Penelitian ini dilakukan dan akan dianalisis menggunakan konsep media
baru, opini publik, LBGT, juga Analisis Wacana Kritis dari Norman Fairclough.
Metode penelitian ini pun dilakukan secara kualitatif yang digunakan untuk
memahami makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena, dan
menemukan hipotesis (Sugiyono, 2017, p. 9). Analisis yang dilakukan akan
menggunakan tiga dimensi yaitu dimensi teks, interpretasi/praktik wacana, dan juga
praktik sosiokultural. Peneliti mengmbil enam unit analisis untuk diteliti
menggunakan ketiga dimensi tersebut.
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa perbincangan yang terjadi
pada Autobase Twitter @tubirfess tentang LGBT dominan lebih ke arah kontra. Hal
ini ditunjukan bahwa adanya penggunaan konotasi dan juga metafora untuk
mengejek LGBT dalam opini yang dilontarkan oleh pengguna Twitter terhadap
kelompok LGBT. Konotasi yang muncul ialah seperti adam dan bambang, ganda
putra dan putri, kaum sodok menyodok, dan kaum badut.
Kata Kunci: Autobase Twitter, opini publik, diskriminasi