Pada proses milling, produk yang dihasilkan harus memiliki kualitas tinggi dalam waktu yang singkat. Kualitas berhubungan dengan surface roughness sedangkan produktivitas berhubungan dengan material removal rate. Keduanya saling ketergantungan dan korelasi yang kompleks dan sulit untuk dipahami karena adanya faktor yang mempengaruhi seperti parameter pemesinan. Sebagian besar parameter pemotongan dipilih berdasarkan pengalaman atau mengacu pada handbook sehingga tidak menjamin bahwa yang dipilih adalah parameter yang optimum. Apabila yang dipilih salah atau tidak optimal maka menyebabkan pemborosan material, tenaga kerja, energi dan listrik, cutting fluid, dan cutting tools yang mengarah pada kerugian biaya dari proses produksi. Penelitian ini berfokus pada optimasi multi-respon untuk meminimasi surface roughness sekaligus maksimasi material removal rate pada material aluminium alloy 6061 T6 pada pemesinan milling Hauw Gan ZX 7550Z. Material ini dipilih karena keunggulannya seperti kekuatan tarik relatif tinggi, sifat mampu bentuk (formability) baik, dan tahan korosi. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan tiga parameter input yaitu spindle speed, feed rate, dan depth of cut berdasarkan L9 orthogonal array yang dirancang menggunakan metode Taguchi. Metode Taguchi dikolaborasikan dengan grey relational analysis untuk mencapai dua respon yang diinginkan secara simultan. Uji ANOVA digunakan untuk mengidentifikasi parameter input mana yang memiliki kontribusi paling tinggi. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa depth of cut merupakan parameter pemesinan dengan kontribusi paling besar yaitu 36,335% terhadap karakteristik kinerja proses milling. Terakhir dilakukan verifikasi untuk membandingkan hasil antara pengaturan parameter awal dari grey relational grade dengan parameter pemesinan optimal yang didapatkan. Hasilnya, didapatkan nilai surface roughness (Ra = 0,395 µm) dan material removal rate (MRR = 105 mm3/min) yang optimum dari kombinasi parameter spindle speed 1400 rpm, feed rate 15 mm/min, dan depth of cut 0,7 mm.